Kompeni dan
Arung Palakka sama-sama yakin bahwa perang akan terjadi lagi.
Sebaliknya, mereka telah tersemangati oleh tawaran Karaeng Tallo dan Karaeng Lengkese yang
memperlihatkan perpecahan besar di kubu musuh (KA 1157a:332r; KA 1157b:359r,
360r).
Dengan melihat perkembangan ini, Speelman merasa “lebih baik memulai
[peperangan] daripada menjaga perdamaian yang telah dengan bejat dilanggar oleh
tindakan jahat dan akal bulus [Karaeng Karunrung] (KA1157b:359r).
Malam tanggal 13 April 1668, tempat penginapan orang Inggris dibakar dan kapal-kapal Belanda mulai menggempur Sombaopu.
Pada saat bersamaan, Arung
Palakka memimpin pasukan Bugis menyerang Kampung Melayu yang terletak
antara Sombaopu dan Benteng Rotterdam. Pada babak awal peperangan ini,
pasukan Bugis memperlihatkan hal yang tidak biasa, kurangnya keberanian, yang
hampir dibayar dengan nyawa Arung Palakka. Ketika dia mencoba mencari jalan di
bawah lindungan kegelapan malam, cahaya dari rumah yang terbakar membuat
dia terlihat oleh musuh dan tangannya tertembak. Dia terjatuh dan ditinggalkan
oleh orang-orangnya kecuali para pengawalnya yang membawanya lari hingga
selamat (KA 1157b:362v; Macleod 1900:1291).
Terjadi beberapa
lagi peperangan di bulan April yang dinyatakan oleh Belanda sebagai
kemenangan mereka, namun kenyataannya hanya ada jalan buntu. Pasukan Makassar
mulai membangun perbentengan di dekat Benteng Rotterdam, dan Speelman
harus menjaga pasukan Belanda yang kini berkurang hingga hanya 503 orang, dan
175 di antaranya tidak berdaya karena penyakit atau terluka. Mereka harus diamankan
di dalam benteng hingga bantuan tambahan pasukan 500 orang tiba dari Batavia
(Macleod 1900:1291).
Di utara Makassar, pasukan Bugis dan Makassar tetap berperang
meski pertempuran ini tidak menentukan. Tanggal 4 Mei, beberapa pasukan Makassar
melesat keluar dan menyerang dengan ganas ke perkemahan Bugis dan
Belanda. Pertempuran berlangsung sepanjang hari dan malam dengan pasukan Makassar
yang terus mendapat tambahan pasukan dari belakang. Akhirnya penyerangan itu
mengendor dengan pihak Makassar kehilangan empat puluh orang dan terluka
seratus orang. Sementara pihak Belanda kehilangan satu orang dan lima
terluka, dan
Bugis dengan tiga orang tewas serta empat puluh lima terluka. Setelah pertempuran ini,
tidak terjadi apa-apa hingga empat atau lima hari (KA 1157e:373v).
Diambil dari, Leonard Andaya, Warisan Arung Palakka, Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke 17, Ininnawa 2004 (terj. Nurhady Sirimorok dari The Heritage of Arung Palakka, A History of South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century, Martinus Nijhoff, The Hague, 1981).
...... Bersambung -> klik Bagian Ke 3
0 komentar:
Posting Komentar
Jangki' lupa isikan ' komentarta dan Ingatkan ki ADMINnya !!