BONE BRIEF HISTORY & GENEOLOGY #3


1812 - 1823 H.H. La Mappatunru To' Wappatunru' Paduka Sri Sultan Muhammad Ismail Mukhtaj ud-din [MatinroE-ri Lalang-bata], Arumpone of Bone, eldest son of H.H. La Tan-ri Tappu To' Appaliweng Arung Timurang Paduka Sri Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din, Arumpone of Bone, by his wife, We Pada. Appointed as Heir Apparent and invested with the title of Arung Palakka by his father. Proclaimed on the death of his father, 22nd July 1812. m. (first) I-Banri, Arung Matan. m. (second) I-Bau, Arung Kaju. m. (third) I-Danti, an arung from Awangpone. He d. 1825, having had issue, seven sons and three daughters:
·         1) La Pabenteng Daeng Palawa (s/o I-Banri). m. I-Nyonyo, Arung Gona. He d. before 10th December 1863, having had issue, two sons:
·         a) La Hya Daeng Maswo, Arung Gona.
·         b) Opu Daeng Maturing, Arung Tarasu.

BONE BRIEF HISTORY & GENEALOGY # 2


1608 - 1626 La Tan-ri Pala To' Wakepeyang Paduka Sri Sultan 'Ala ud-din [MatinroE-ri Tallo], Arumpone of Bone, son of La Icha, Arumpone of Bone, by his wife, We Tan-ri Pakiu, Arung Timurang. Styled Arung Timurung before his accession. Raised to the throne on the deposition of Sultan Adam, 1608. The first ruler to embrace Islam when he assumed the title of Paduka Sri Sultan 'Ala ud-din, 1611. He fled to Tallo with his son, 1626. m. (first) ca. 1597, We Tan-ri Wajo, elder daughter of La Mappepulu To' Appamole, Arung Matowa of Wajo, by his wife, We Temmaduppa, daughter of the Arung Lompengang. m. (second) Daeng Male, Arung Paneki, widow of La Tan-ri Semputungeng Passari, Datu Pammana. m. (third, or first?) Kunangi, elder daughter of I-Dangka We Tan-ri Tuppu [MatinroE-ri Sidenreng], Arumpone of Bone, by her first husband, To' Rilettowi, Arung Mampua. He d. at Tallo, 13th August 1630, having had issue, two sons and one daughter:

BONE BRIEF HISTORY & GENEOLOGY #1


BONE
BRIEF HISTORY
The Bugis state of Bone was founded ca.1350, when a union between the seven ancient states of Ujung, Tibojong, Ta, Tanete Riattang, Tanete Riawang, Ponceng and Macege was effected by Mata Selompu. He was invited by the advisory council of seven lords to become the first supreme ruler of the Bone federation. In 1582 Bone, together with Soppeng and Wajo, founded the Tallumpocco alliance which dominated the region for many decades. Islam became the state religion in 1608 when the Arumponi converted and adopted the personal title of Sultan.

Silsilah Raja Tallo (XX, XXI, XXII dan XXIII)


1825  H.H. I-Kumala Karaeng Lembangparang Sri Sultan 'Abdu'l Kadir Muhammad 'Aidid [Tumenanga-ri-Kakoasangna], Sultan of Gowa and Tallo. b. 1817, educ. privately. Succeeded on the deposition of his uncle, 1st September 1825. Reigned under the Regency of his father. Ascended the throne and assumed the style of Sultan 'Abdu'l Kadir Muhammad 'Aidid, 22nd October 1844. Installed 6th October 1852. Rcvd: Knt. of the Order of the Netherlands Lion (14.6.1873). m. I-Senong

Silsilah Raja Tallo XIX


1824 - 1825 H.H. I-Mappatunru I-Manginyarang Karaeng Lembangparang Paduka Sri Sultan 'Abdu'l Rauf [Tumenanga-ri-Katangka], Sultan of Gowa and Tallo. b. 9th December 1749, second son of son of H.H. I-Mappainga Karaeng Limpangang Paduka Sri Sultan Safi ud-din, Sultan of Tallo. Bicharabutta of Gowa from 31st January 1789. Proclaimed as Sultan of Gowa after the defeat and expulsion of the Bugis, by General Nightingale's expedition in 1814. Proclaimed as Sultan of Tallo in

Raja Bone XIII (La Maddaremmeng)

Makam La Maddaremmeng di Kalokkoe Bukaka Watampone Kab. Bone

La Maddaremmeng menggantikan pamannya La Tenri Pale To Akkeppeang MatinroE ri Tallo menjadi Arumpone. Ketika akan diangkat menjadi Mangkau’ di Bone, La Tenri Pale dengan orang Bone berjanji bahwa ;

- La Tenri Pale ; ”Siapa yang mengingkari janji, dialah yang menanggung resiko buruknya”

- Orang Bone ; ”Siapa yang berbuat kebaikan, dialah yang menerima imbalan

kebaikan itu”

Raja Bone XII (La Tenri Pale)


Ketika La Tenri Ruwa MatinroE ri Bantaeng diusir oleh orang Bone, maka yang menggantikannya adalah sepupu satu kalinya yang bernama La Tenri Pale To Akkeppeang Arung Timurung. Dia adalah anak dari La Inca MatinroE ri Addenenna.

Inilah Mangkau’ di Bone yang membangkitkan kembali semangat orang Bone untuk menolak masuknya agama Islam di Bone. Oleh karena itu KaraengE kembali memerangi Bone, sehingga orang Bone kalah dan menyerah. Diundanglah seluruh Palili (daerah bawahan) untuk disuruh mengucapkan syahadat sebagai tanda bahwa seluruh orang Bone telah menerima agama Islam. Setelah itu KaraengE ri Gowa kembali ke kampungnya.

La Tenri Pale To Akkeppeang dua bersaudara yaitu We Tenri Jello MakkalaruE, kawin dengan Arung Sumaling yang bernama La Pancai To Patakka. Dia juga digelar Lampe Pabbekkeng, anak dari La Mallalengeng To Alaungeng Arung Sumaling, dari isterinya yang bernama We Tenri Parola. Lahirlah La Maddaremmeng, diangkatlah MakkalaruE menjadi Arung Pattiro.

Satu lagi adik La Maddaremmeng bernama We Tenri Ampareng, dia menjadi Arung Cellu. Sedangkan La Tenri Aji To Senrima dia menjadi Arung di Awampone dan digelar MatinroE ri Siang.

Silsilah Raja Gowa ke XXI

1712 - 1739 H.H. I-Mappaurangi Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Siraj ud-din [Tuammenang-ri-Pasi in Gowa or Tomamaliang-ri Gaukana in Tallo], Sultan of Gowa and Tallo. b. 17th November 1687, son of H.H. Paduka Sri Sultan 'Abdu'l Kadir I, Sultan of Tallo, by his first wife, Karaeng Parang-parang, daughter of I-Mappaosong Daeng Mangngewai Karaeng Bisei Sultan Muhammad 'Ali, Sultan of Gowa. Succeeded on the death of his father as Sultan of Tallo, 8th January 1709. Installed, 31st May 1709. Proclaimed as Sultan of Gowa, after the deposition of Sultan Shahab ud-din, 31st August 1712. Abdicated as Sultan of Tallo in favour of his eldest son, 1725. Fled to Tallo

Silsilah Raja Tallo (XV, XVI,XVII dan XVIII)



Makam Raja-raja Tallo Sumber foto : isnuansa.com
1760 - 1761 H.H. Karaeng Sapanang Tu-Timoka, Sultan of Tallo, son of I-Mapatulla Karaeng Kanjilo Muhammad Zainal Abidin, Sultan of Tallo. Proclaimed on the death of his grand uncle, 1760. Reigned under the regency of his father. Deposed by the Chief Minister of Gowa. He d. 18xx.

Silsilah Raja Tallo XIV


1735 - 1760 H.H. I-Mappainga Karaeng Limpangang Paduka Sri Sultan Safi ud-din [I-Makkasuma], Sultan of Tallo. b. 7th December 1709. Appointed as Karaeng Limpangang 18th December 1714. Regent of Gowa. Succeeded on the abdication of his father, 5th November 1735. m. (first) 3rd November 1725, H.H. I-Tanitaja Siti Amira Maning Ratu [MatinroE-ri Lanna], Arung Palakka (b. 9th May 1711; d. at Barisallo, 8th January 1779), younger daughter of H.H. La Parappa To' Aparapu Sappewali Madanrang Daeng Bonto Karaeng Anamonjang Paduka Sri Sultan Shahab ud-din Ismail, Sultan of Gowa and Arumpone of Bone, by his second wife, Siti Rahima Karaeng Pabiniyang, daughter of H.H. I-Mappajanji Daeng Matinri Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan 'Abdu'l Kadir I, Sultan of Tallo. m. (second) 14th March 1746 (div. 26th April 1751), Karaeng Mangkara' bombang, daughter of Karaeng Manaungil. He d. 1760, having had issue, five sons and four daughters:

Raja Bone ke XI ( La Tenri Ruwa)

La Tenri Ruwa Arung Palakka juga sebagai Arung Pattiro adalah sepupu We Tenri Patuppu MatinroE ri Sidenreng. Ketika Arumpone meninggal dunia, orang Bone sepakat untuk mengangkat La Tenri Ruwa menjadi Mangkau’ di Bone.

Belum cukup tiga bulan setelah menjadi Mangkau’, datanglah KaraengE ri Gowa membawa agama Islam ke Bone. Orang Gowa membuat benteng di Cellu dan Palette. Berkatalah Arumpone kepada orang Bone ; ”Kalian telah mengangkat saya menjadi Mangkau’ untuk membawa Bone kepada jalan yang baik. KaraengE ri Gowa datang membawa agama Islam yang menurutnya adalah kebaikan. Sesuai dengan perjanjian kita yang lalu, siapa yang mendapatkan kebaikan, dialah yang menunjukkan jalan. Oleh karena itu saya mengajak kalian untuk menerima Islam”.

Raja Bone ke X (We Tenri Patuppu)

We Tenri Patuppu menggantikan ayahnya menjadi Arumpone. Inilah Mangkau’ yang mula-mula mengangkat Arung Pitu (tujuh pemegang adat) di Bone. Ketujuh Matowa (Kepala Wanuwa) yang ditunjuk, adalah ; Matowa Tibojong (Arung Tibojong), Matowa Ta’ (Arung Ta’), Matowa Tanete (Arung Tanete), Tanete dipecah menjadi Tanete Riattang dan Tanete Riawang, Matowa Macege (Arung Macege), Matowa Ujung (Arung Ujung) dan Matowa Ponceng (Arung Ponceng).

We Tenri Patuppu berkata kepada Arung PituE ; ”Saya mengangkat kalian sebagai Arung Pitu untuk membantu saya dalam menyelenggarakan pemerintahan di Bone. Hal ini saya lakukan karena saya adalah seorang perempuan yang tentunya memerlukan bantuan. Namun perlu kalian tahu bahwa saya mengangkatmu menjadi pemegang adat, tetapi kalian tetap ; tidak bisa melangkahi adat Bone, tidak bisa menyatakan perang, tidak bisa mewariskan kepada anak cucu, kalau saya tidak mengetahuinya. Kacuali apabila duduk semua turunan MappajungE kemudian direstui oleh Mangkau’ Bone.

Silsilah Raja Tallo (XI, XII dan XIII)


1709 - 1714 H.H. I-Mappaurangi Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Siraj ud-din [Tuammenang-ri-Pasi in Gowa or Tomamaliang-ri Gaukana in Tallo], Sultan of Gowa and Tallo (first time) - see below.

1714 - 1729 H.H. I-Manariba Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Nazim ud-din [Tumamenanga-ri Jawaiya], Sultan of Tallo. b. 23rd December 1708. Appointed as Karaeng Kanjilo 15th October 1714. Succeeded on the abdication of his father, 18th November 1714. m. (first) 18th November 1723, Jole, Karaeng of Laikang (d. 1st July 1733), half-sister of Karaeng Limpangang. m. (second) 16th October 1724, Karaeng Patukangang Siti Zainab (b. 3rd January 1709; d. 19th January 1740), elder daughter of H.H. La Parappa To' Aparapu Sappewali Madanrang Daeng Bonto Karaeng Anamonjang Paduka Sri Sultan Shahab ud-din Ismail, Sultan of Gowa, by his first wife, Siti Labiba, daughter of Shaikh Yusuf. He had issue, one son and one daughter:

Silsilah Raja Gowa ke XX

1709 - 1712 H.H. La Parappa To' Aparapu Sappewali Madanrang Daeng Bonto Karaeng Anamonjang Paduka Sri Sultan Shahab ud-din Ismail [Tumamenanga-ri Sompaopu], Sultan of Gowa. b. 18th January 1690. Appointed as Heir Apparent of Boni with the title of Arung Palakka, 1696. Deposed 24th August 1712. Installed as Arumponi of Boni, 8th October 1720. Datu of Soppeng 1720-1724. Proclaimed on the death of his grandfather, as Sultan of Gowa, 18th September 1709. Deposed by the nine Bata Salapangas, 30th August 1712. m. (first) 2nd December 1706, Siti Labiba (d. at Chinrana,

Silsilah Raja Gowa XIX (I-Mappadulung Daeng Mattimung)

Makam I-Mappadulung Daeng Mattimung di Bukit Tamalate Kab. Gowa

1677 - 1695 H.H. I-Mappadulung Daeng Mattimung Karaeng Sanrabone Sultan Fakhr ud-din 'Abdu'l Jalil ibnu Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din [Tumenanga-ri Lakiung], Sultan of Gowa. b. 18th August 1652, educ. privately. Styled Karaeng Campagaya before 1667. Elected as Karaeng Sanrabone, in succession to his grandfather, 6th July 1667. Installed 28th March 1668. Succeeded as Sultan of Gowa, on the deposition of his younger brother 16th September 1677. m. (first) 25th November 1664 (div. 4th February 1669), Karaeng I-Bonto Mate'ne Siti Amina [Ruma-ta Paduka Talo] (b. 23rd January 1653; m. second,10th May 1669, H.H. Karaeng Mapaijo Daeng Manjauru

Raja Bone ke IX ( La Pattawe)

Menggantikan sepupunya La Inca sebagai Mangkau’ di Bone. Dikumpulkanlah seluruh orang Bone oleh Arung Majang. Kepada orang banyak, Arung Majang berkata ; “Inilah cucuku yang bernama La Pattawe yang kita sepakati menggantikan sepupunya”.

La Pattawe adalah anak La Panaongi To Pawawoi Arung Palenna saudara kandung La Tenri Sukki MappajungE dari isterinya We Tenri Esa’ arung Kaju. La Pattawe adalah anak Arung Palakka turunan MakkaleppiE. Orang Bone sepakat untuk mengangkat La Pattawe menjadi Mangkau’ di Bone.

Silsilah Raja Tallo ke X


1673 - 1709 H.H. I-Mappajanji Daeng Matinri Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan 'Abdu'l Kadir I [Tumenaga-ri Passiringanna], Sultan of Tallo. b. 7th January 1666, educ. privately. Regent of Gowa 1669 - 1670. Succeeded on the death of his father, 16th June 1673. m. (first) 11th March 1677 (div. 13th August 1680), Daeng Mattini Karaeng Bontoramba (b. at Pasir, East Borneo, 1665; m. second,

Silsilah Raja Gowa (XVII dan XVIII)


1669 - 1674 I-Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah ibnu Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din [Tumammalianga-ri Allu' or Uwu Labbuna], Sultan of Gowa. b. 31st March 1656, educ. privately. Succeeded on the abdication of his father, 19th June 1669. m. 28th October 1672, Daeng Mainga (b. 1653; m. third, 13th February 1675, H.H. I-Mappadulung Daeng Mattimung Karaeng Sanrabone Sultan Fakhr ud-din 'Abdu'l Jalil ibnu Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din, Sultan of Gowa; and d. 11th April 1734), former wife of Karaeng Mandalle I-Tulolo Taj ud-din, and daughter of Karaeng Bontokappang. He d. 7th May 1674.

Raja Bone ke VIII (La Inca)

Menggantikan saudaranya La Tenri Rawe sebagai Arumpone. Kedudukan ini memang telah diserahkan ketika La Tenri Rawe masih hidup. Bahkan La Tenri Rawe berpesan kepadanya agar nanti kalau sampai ajalnya, La Inca dapat mengawini iparnya (isteri La tenri Rawe) yaitu We Tenri Pakiu Arung Timurung.

Setelah menjadi Mangkau’, KaraengE ri Gowa datang untuk menyerang Bone. Ternyata La Inca tidak mewarisi kepemimpinan yang telah dilakukan oleh saudaranya. Banyak langkah-langkahnya yang sangat merugikan orang banyak. Para Arung Lili dimarahi dan dihukumnya. Salah seorang Arung Lili yang bernama La Patiwongi To Pawawoi diasingkan ke Sidenreng. Karena sudah terlalu lama berada di Sidenreng, maka ia pun kembali ke Bone untuk minta maaf.

Raja Bone ke VII (La Tenri Rawe)

La Tenri Rawe BongkangE menggantikan ayahnya La Uliyo Bote’E menjadi Arumpone. La Tenri Rawe kawin dengan We Tenri Pakiu Arung Timurung MaccimpoE anak dari La Maddussila dengan isterinya We Tenri Lekke.

La Tenri Rawe dengan isterinya Arung Timurung melahirkan anak yang bernama ; La Maggalatung, inilah yang dipersiapkan untuk menjadi putra mahkota menggantikan ayahnya sebagai Arumpone, dia meninggal dunia semasa kecil. Yang kedua bernama ; La Tenri Sompa dipersiapkan untuk menjadi Arung Timurung, tetapi juga meninggal karena dibunuh oleh orang yang bernama Dangkali.

Raja Bone ke VI (La Uliyo BoteE)

La Uliyo Bote’E menggantikan ayahnya La Tenri Sukki sebagai Mangkau’ di Bone. Digelar Bote’E karena dia memiliki postur tubuh yang subur (gempal). Konon sewaktu masih kanak-kanak ia sudah kelihatan besar dan kalau diusung, pengusung lebih dari tujuh orang.

La Uliyo dikenal suka menyabung ayam, kawin dengan We Tenri Wewang DenraE anak Arung Pattiro MaggadingE dengan isterinya We Tenri Sumange’.

Raja Bone ke V ( La Tenri Sukki)

Inilah Mangkau’ di Bone yang diserang oleh Datu Luwu yang bernama Dewa Raja yang digelar Batara Lattu. Mula-mula orang Luwu mendarat di Cellu dan disitulah membuat pertahanan. Sementara orang Bone berkedudukan di Biru-biru.

Adapun taktik yang dilakukan oleh orang Bone adalah memancing orang Luwu dengan beberapa perempuan. Pancingan ini berhasil mengelabui orang Luwu sehingga pada saat perang berlangsung orang Luwu yang pada mulanya menyangka tidak ada laki-laki, bersemangat menghadapi perempuan-perempuan tersebut. Namun dari belakang muncul laki-laki dengan jumlah yang amat banyak, sehingga orang Luwu berlarian ke pantai untuk naik ke perahunya. Dalam perang itu orang Bone berhasil merampas bendera orang Luwu.

Silsilah Raja Tallo IX


Sumber foto : aalmarusy.com
1641 - 1673 H.H. Karaeng Mapaijo Daeng Manjauru Sultan Harun ar-Rashid [Tumenanga-ri Lampana], 9th Karaeng Tallo and 1st Sultan of Tallo. b. 3rd November 1640. Proclaimed on the death of his father, 1641. Reigned under the regency of his uncle, Karaeng Pattingalong and cousin, Karaeng Bontosunggu. Defeated by the Dutch and entered into two contracts with the VOC dated 13th March 1668 and 15th July 1669. m. (first) Daeng Tuna (b. 1630; d. 8th March 1704). m. (second) 10th May 1669, Karaeng I-Bonto Mate'ne Siti Amina [Ruma-ta Paduka Talo] (b. 23rd January 1653; d. 13th March 1671), former wife of H.H. I-Mappadulung Daeng Mattimung Karaeng Sanrabone Sultan Fakhr ud-din 'Abdu'l Jalil bin Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din,

Silsilah raja Tallo VII


Makam Sultan Mudaffar/Muzaffar (Sumber : Antara Foto)
1636 - 1641 I-Manginyarang Karaeng Kanjilo Daeng Makiya Sultan 'Abdu'l Ja'afar Muzaffar [Tumalianga-ri Timuru], 7th Karaeng Tallo. b. 1593. He went on an expedition to Timor, 1629. Succeeded 1st October 1636. m. (first) Daeng Kallieng (d. at Segeri, 30th March 1631), daughter of I-Bissu Jamarang Karaeng Barombong, of Gowa. m. (second) 26th October 1637, I-Sabbe Daeng Tama'ga Karaeng Limpangang (d. 23rd December 1646), former wife of Karaeng Garassi', and daughter of I-Manga'rangi Daeng Mara'bia Sultan 'Ala ud-din, Sultan of

Silsilah Raja Tallo VI


1593 - 1636 I-Mallingkang Daeng Manyon-ri Karaeng Katangka Matowaya Sultan 'Abdu'llah Awwal al-Islam [Tumammalianga-ri Agamana], 6th Karaeng Tallo. b. 1575, educ. privately. Served as Regent of Gowa 1593-1596. Succeeded on the abdication of his nephew, 1596. Nicknamed 'Karaeng Matoaya' the old Karaeng. The first of his line to adopt Islam, he assumed the style of Sultan 'Abdu'llah Awwal al-Islam, 22nd September 1605. He also held the territorial titles of Karaeng Kanjilo, Karaeng Segeri, Karaeng Barombong, Karaeng Data and Karaeng Allu. m. Karaeng Manaungi. m. Karaeng-ri Naung (d. 20th June 1645). He d. 1st October 1636, having had issue:

Silsilah Raja Tallo (V dan VI)


1577 - 1590 I-Mangngarai Daeng Mammeta Karaeng-ri Bonto Langkasa Tunijallo', 13th Somba-ri of Gowa and 5th Karaeng Tallo. Succeeded on the death of his father as Sultan of Gowa, 1565. Became the joint 5th Karaeng Tallo on the death of his father-in-law, 1577. m. (first) a daughter of Tunipalangga, Karaeng Bone. m. (second) I-Sambo Daeng Niasseng Karaeng Patingaloang [Karaenga-ri

Silsilah Raja Gowa XVI

Lukisan SULTAN HASANUDDIN
1653 - 1669 H.H. I-Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangngape Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din Makassarnya [Tumenanga-ri Balla'Pangkana], Sultan of Gowa. b. 12th January 1631, educ. privately. Forced to accept the protection of the VOC under the terms of the Treaty of Bungaya, 18th November 1668. Abdicated in favour of his elder son, 19th June 1669. m. several wives, including, m. (first) 12th February 1645, I-Maminasa Daeng Sangnging Siti Safiyah (b. 2nd March 1633; d. 11th October 1648), daughter of I-Mangadachina Daeng Sitaba Karaeng Pattingalong, sometime Tuma'bicarabutta of Gowa. m. (second) 4th April 1650, I-Peta' Daeng Nisali, daughter of Karaeng Banjuanjara of Sanrabone. m. (third) 8th July 1654, I-Lo'mo' Dayang. m. (fourth) 4th February 1654, Majannang I-Lo'mo' Tobo, who had issue, two sons and two daughters. m. (fifth) 21st May

Silsilah Raja Gowa XV

Makam Raja Gowa ke-XV .I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga Ri Papang Batuna (makam di sebelah kiri), ayahanda Sultan Hasanuddin (makam di sebelah kanan). Sumber foto : http://acoalmaqassary.blogspot.com
1639 - 1653 I-Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Sultan Muhammad Malik us-Said [Tumenanga-ri Papambatuna], Sultan of Gowa. b. 11th December 1605, educ. privately. Appointed as Karaeng Lakiung by his father, 13th August 1624. Succeeded on the death of his father, 15th June 1639. Installed 3rd July 1639. m. several wives, including, (a) I-Bame Daeng Kare Ma'nassa. m. (b) Daeng Pattingngalloang. m. (c) Pattopakang I-Sa'be Lo'mo' Takontu (d. 12th July 1637), a lady from Boni. m. (d) 3rd December 1631 (div.), Karaeng Tangalla Siti Maraziah (b. 23rd November 1611; m. second, 25th February 1649, I-Mammalijang Daeng Pole Karaeng Langkese, and d. 28th May 1661), eldest daughter of

Silsilah Raja Gowa (XIII-XIV)

Sumber foto : http://sosbud.kompasiana.com/2010/02/28/raja-gowa-13-dan-kesendiriannya-di-negeri-buton/
1590 - 1593 I-Tepukaraeng Daeng Pirambu [Parabung] Karaeng Assulukalah later Karaeng Bontolangkasa' [Tunipassulu'], 13th Somba-ri of Gowa and 6th Karaeng Tallo. b. 1573. Succeeded on the death of his father, 1590. Forced to abdicate in favour of his brother, 1593. He d. at Buton, 5th July 1617.

Silsilah Raja Gowa ke XII "Tunijallo"

1565 - 1590 I-Mangarai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa [Tunijallo'], Somba-ri of Gowa. b. 1545. Succeeded on the death of his father, 1565. Became the joint Karaeng of Tallo, on the death of his father-in-law in 1577. m. (first) a daughter of Tunipalangga, Karaeng Boni. m. (second) I-Sambo Daeng Niasseng Karaeng Patingaloang, Karaeng Tallo, his chief wife, daughter of Karaeng I-Mappatakang Kantana Daeng Padulu, Karaeng Tallo, by his wife, Sapi Karaeng Somba Opu, eldest daughter of Karaeng Tumapa'risi' Kallonna, Somba-ri of Gowa. m. (third) Karaeng I-Wara' [Tuniawanga-ri Kalassukanna]. m. (fourth) Daeng Rappojini, daughter of the Karaeng Jipang. m. (fifth) Daeng Leko'bo'dong. m. (sixth) Karaeng Popo, sister of Karaeng I-Wara'. m. (seventh) Karaeng Bainea. m. (eighth) Karaeng Pattunga, daughter of Karaeng Masale and I-Tamalili. m. (ninth) I-Sambe. m. (tenth) I-Manneneki Daeng Karetanja'. m. (eleventh) Daeng Patukangang, daughter of Karaeng Mappatakang Kantana, Karaeng Tallo, by Bontomanai', a junior wife. m. (twelfth) Karaeng Majannang, daughter of a Bugis from Soppeng. m. (thirteenth) We Dadi Karaeng Ballo', of Lamuru. m. (fourteenth) Karaeng Ma'dangea. m. (fifteenth) Daeng Malompoa [Daeng Arenne], a cousin of Karaeng I-Wara'. He d. 1590, having had issue:

Silsilah Raja Gowa (10-11)


1547 - 1565 I-Mariwagau' Daeng Bonto Karaeng Lakiung [Tunipalangga-Ulaweng], Somba-ri of Gowa. Succeeded his father, 1547. He d. from his wounds sustained during the battle of Cellu, 1565.
    
    1565  I-Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data [Karaeng Tunibatta], Somba-ri of Gowa. Succeeded his brother but reigned for just one month, 1565. m. a daughter of Karaeng Jamarang. m. I-Daeng Mangkasara, daughter of Karaeng Jamarang. m. I-Marusnia, daughter of Karaeng Tunipassuru-ri Lello Mangayowang Berang, 3rd Karaeng Tallo. m. Jampagaya. He was k. (beheaded) by the Boni forces, at Bukaka, 1565, having had issue:

Silsilah Raja Gowa (8-9)

  14xx - 1511 I-Pakere'tau Karaeng Tunijallo'-ri Pasukki' [Tunyachoka-ri Langkaje'], Somba-ri Gowa. Succeeded on the death of his father. m. I-Sambo Daeng Niaseng Karaeng Patingalaong, daughter of Karaeng Mappatakang Kantana, Karaeng Tallo. m. Daeng Rappochini Karaeng Jipang. He d. 1511 (succ. by his younger brother).

Raja Bone IV (We Banrigau)

We Banrigau Daeng Marowa MakkaleppiE menggantikan ayahnya La Saliyu Karampeluwa sebagai Mangkau’ di Bone. We Banrigau digelar pula Bissu Lalempili dan Arung Majang. Ketika menjadi Mangkau’ di Bone, We Banrigau menyuruh Arung Katumpi yang bernama La Datti untuk membeli Bulu’ Cina (gunung Cina) senilai 90 ekor kerbau jantan. Akhirnya gunung yang terletak di sebelah barat Kampung Laliddong itu benar-benar dibelinya. Kemudian disuruhlah Arung Katumpi untuk menempati gunung tersebut dan sekaligus menjaganya. Karena jennang (penjaga) gunung Arumpone dibunuh oleh orang Katumpi, maka digempurlah Katumpi oleh orang Bone sehingga dirampaslah sawahnya yang ada di sebelah timur dan barat Kampung Laliddong. Saudaranya yang bernama La Tenri Gora itulah yang diserahkan Majang dan Cina, maka La Tenri Gora disebut sebagai Arung Majang dan Arung Cina. Sedangkan anak pertamanya yang bernama La Tenri Sukki dipersiapkan untuk menjadi Mangkau’ di Bone.

Raja Bone III "La Saliyu Karampeluwa"

Dialah yang menggantikan pamannya menjadi Arumpone. Kedudukannya ini diterima dari pamannya sejak berusia satu malam (masih bayi). Kalau ada sesuatu yang akan diputuskan maka To Suwalle yang memangkunya menjadi juru bicaranya. Kemudian yang bertindak selaku Makkedang Tana adalah To Sulewakka.

Silsilah Raja Gowa (1-7) Genealogy

a. 1300  I-Taru'ballanga Karaeng Bayo To' Manurunga (fl), Somba-ri Gowa. m. as his second wife, Karaeng Bayolah, Karaeng of Bunthon. She had issue, a son:

        1) I-Massalangga Barayang [Karaeng Tumassalangga], Somba-ri Gowa - see below.

    

Silsilah Raja Tallo (1-4) GENEALOGY



GENEALOGY

ca. 1500 Karaeng Lowe-ri Sero' [Tuniawanga-ri Paralakkenna], 1st King of Tallo, younger son of Tunatankalopi, 6th Somba-ri Gowa. m. a daughter of the Somba of Garassi. He had issue:
  • 1) Karaeng Tunilabu-ri Suriwa, 2nd Karaeng Tallo - see below.

Sejarah Kerajaan Tallo (BRIEF HISTORY)

Makam Raja raja Tallo
BRIEF HISTORY
The state of Tallo came into being sometime before the turn of the sixteenth century. The founder of the state being Karaeng Lowe-ri Sero', the younger son of Tunatankalopi, Somba-ri Gowa.  Although a powerful kingdom in its own right, Tallo formed a confederation with the kingdom of Gowa. Generations of intermarriage between the two Royal families resulted in a dual kingdom that dominated the Makassarese world. The ruler of Gowa was regarded as the senior of the two, the ruler of Tallo serving as Viceroy, or Deputy Ruler. The heyday of this alliance lasted from 1590 until the Dutch conquest in 1669. 

Sejarah Kerajaan Gowa


Mahkota Raja Gowa
BRIEF HISTORY
The state of Gowa was in existence before 1300 and was said to have been founded by four princes namely, Batara Guru, Ratu Sapu Marantaia, Karaeng Katanka, and a fourth whose name has escaped history. In time, the original four states grew into a confederation of nine: Tombolo, Lakiung, Parang-parang, Data, Agagjene, Saumata, Bissei, Sero and Kalli. The hereditary rulers of these nine states elected a leader, known as the Paccalla, to regulate affairs between them. Later still, during a time of chaos and warfare, To' Manurunga, a woman of celestial origin descended to earth and established her rule over the whole the entire kingdom.

Raja Bone ke II " La Ummasa"

Dialah yang menggantikan La Ubbi ManurungE ri Matajang sebagai Mangkau’ di Bone. Setelah La Ummasa meninggal maka digelarlah To Mulaiye Panreng (orang yang mula-mula dikuburkan). Mangkau’ ini hanya dinaungi dengan kaliyao (tameng) kalau dia bepergian untuk melindungi dari teriknya matahari. Hal ini dilakukan karena tidak ada lagi payung di Bone.

La Ummasa digelar pula Petta Panre BessiE (pandai besi) karena dialah yang mula-mula menciptakan alat-alat dari besi di Bone. Di samping itu La Ummasa sangat dicintai oleh rakyatnya karena memiliki berbagai kelebihan seperti ; daya ingatnya tajam, penuh perhatian, jujur, adil dan bijaksana.

Raja Bone I "ManurungE ri Matajang"

Dalam lontara’ tersebut diketahui bahwa setelah habisnya turunan Puatta Menre’E ri Galigo, keadaan negeri-negeri diwarnai dengan kekacauan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya arung (raja) sebagai pemimpin yang mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat. Terjadilah perang kelompok-kelompok anang (perkauman) yang berkepanjangan (Bugis = Sianre bale).

Kelompok-kelompok masyarakat saling bermusuhan dan berebut kekuasaan. Kelompok yang kuat menguasai kelompok yang lemah dan memperlakukan sesuai kehendaknya. Keadaan yang demikian itu, dalam Bahasa Bugis disebut SIANRE BALE (saling memakan bagaikan ikan). Tidak ada lagi adat istiadat, apalagi norma-norma hukum yang dapat melindungi yang lemah. Kehidupan manusia saat itu tak ubahnya binatang di hutan belantara, saling memangsa satu sama lain.

Warisan Arung Palakka, Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke 17 #2


Kompeni dan Arung Palakka sama-sama yakin bahwa perang akan terjadi lagi. Sebaliknya, mereka telah tersemangati oleh tawaran Karaeng Tallo dan Karaeng Lengkese yang memperlihatkan perpecahan besar di kubu musuh (KA 1157a:332r; KA 1157b:359r, 360r). 

Dengan melihat perkembangan ini, Speelman merasa “lebih baik memulai [peperangan] daripada menjaga perdamaian yang telah dengan bejat dilanggar oleh tindakan jahat dan akal bulus [Karaeng Karunrung] (KA1157b:359r). Malam tanggal 13 April 1668, tempat penginapan orang Inggris dibakar dan kapal-kapal Belanda mulai menggempur Sombaopu. 

TELLANG RAKKOE

TELLANG RAKKOE
Voc : Didin Pratama
Cipt.
 
Iyato paddawungenna 
coppo'na tellang rakkoe 
Buruni buku bukunna 
buru'ni siame tanae 

Index Of Mp3

Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis
Server www.index-of-mp3.com hanya membantu pencarian link ke server 4shared, Rapidshare, ziddu, IndoWebster, MegaUpload, Mediafire, Rapidlibrary, Filestube, ZShare, Badongo, Depositfiles, Savefile, Muat-Turun-Download-Percuma, Sendspace, Uploading, Yourfilehost, Yousendit, Uploaded, Filefactory, Filefront, Easy-share. kami tidak menyimpan file di server kami. Jangan lupa Dukung lagu yang anda cari dengan berlangganan nada sambung pribadi nsp / ringtone / rbt dan membeli kaset / cd original di toko-toko musik terdekat.
Free Download Mp3 Lagu Indonesia, Melayu, Barat & MancaNegara Terbaru Gratis | Free Download lagu Populer, Band Indie, Dangdut, bollywood, Musik Daerah Tradisional
intitle index of mp3 Losquin mp3